Minggu, Januari 20, 2008

TAHUN BARU HIJRIAH

Tidak terasa, bulan demi bulan menjelang tahun demi tahun pun berlalu. Kaum muslim kembali memasuki bulan muharam, menandai datangnya kembali tahun yang baru, kali ini memasuki tahun baru 1429 H. Tidak seperti ketika datang tahun baru masehi yang disambut dengan penuh semarak oleh masyarakat, tahun baru hijrah disikapi oleh kaum muslim dengan dingin-dingin saja. Memang, tahun baru hijrah tidak perlu disambut dengan kemeriahan pesta. Namun demikian, sangat penting jika tahun baru hijrah dijadikan sebagai momentum untuk merenungkan kembali kondisi masyarakat kita saat ini. Tidak lain karena peristiwa hijrah Nabi Saw sebetulnya lebih menggambarkan momentum perubahan masyarakat ketimbang perubahan secara individual.

Peristiwa hijrah Nabi Saw tidak lain merupakan peristiwa yang menandai perubahan masyarakat jahiliyah saat itu menjadi masyarakat Islam. Inilah sebetulnya makna terpenting dari peristiwa hijrah Nabi Saw. Katidak mampuan kita tidak memahami sekaligus mewujudkan makna terpenting hijarh ini dalam realitas kehidupan saat ini hanya akan menjadikan datangnya tahun baru hijrah tidak memberikan makna apa-apa bagi kita, selain rutinitas pergantian tahun, ini tidak tentu kita inginkan.

Makna hijrah secara bahasa, hijrah berarti berpindah tempat. Adapun secara syar’i, para ulama mendefinisikan hijrah sebagai: keluar dari darul kufur menuju darul islam, (An-Nabhani, Asy-Syakhsiyyah al-Islamiyyah, II/276). Tiga makna yang diberikan peristiwa hijrah, sebahai berikut:

Pertama: pemisah antara kebenaran dan kebatilan, antara islam dan kekufuran, serta antara darul islam yaitu suatu wilayah atau Negara yang menerapkan syariat islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan keamanannya berada di tangan kaum Muslim dan darul kufur yaitu wilayah atau Negara yang tidak menerapkan syariat islam dan keamanannya bukan di tangan kaum Muslim sekalipin mayoritas penduduknya beragama islam. Kedua: tonggak berdirinya Daulah Islamiyah (Negara Islam) untuk pertama kalinya. Ketiga: awal kebangkitan Islam dank um muslim yang pertama kalinya, setelah selama tiga belas tahun sejak kelahirannya islam dan kaum muslim telah dikucilkan dan ditindas secara dzalim oleh orang-orang kafir makkah.

Dengan mengacu pada tiga makna hijrah di atas, dengan mengaitkannya dengan kondisi masyarakat saat ini, kita melihat:

1. Saat ini umat Islam hidup di dalam darul kufur, bukan darul islam. Keadaan ini menjadikan umat islam membentuk masyarakat yang tidak islami alias masyarakat jahiliah. Masyarakat jahiliyah tidak lain adalah masyarakat yang didominasi olah pemikiran dan perasaan umum masyarakat yang tidak islami serta sistem yang tidak islami. Dalam konteks jaman jahiliah modern saai ini, kita melihat, yang mendominasi masyarakat adalah pemikiran dan perasaan secular serta sistem hokum secular, yang bersumber dari akidah sekularisme yakni akidah yang menyingkirkan peran agama dari kehidupan.

2. Saat ini tidak ada satupun negeri islam yang layak disebut sebagai daulah islamiyah. Padahal kita tahu, diantara makan dari peristiwa hijrah nabi saw adalah pembentukan daulah islamiyah, yang saat itu ditegakkan di madinah al-munawwarah. Daulah islamiyah yang dibentuk nabi saw yang dalam perjalanan selanjutnya setelah beliau wafat disebut sebagai khilafah islamiyah, tidak lain sebuah Negara yang memberlakukan syariat islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Karena itu upaya membangun kembali daulah islamiyah atau khilafah islamiyah ini seharusnya menjadi cita-cita bersama umat islam yang betul-betul ingin mewujudkan kembali makna hijrah dalam kehidupan mereka saat ini.

3. Saat ini keadaan umat islam diseluruh dunia islam sangat memprihatinkan. Di negeri-negeri dimana kaum muslim minoritas mereka tertidas. Karena itu, agar kaum muslim dapat mewujudkan kembali makna hijrah yang sebenarnya, tidak lain, umat islam harus segera melepaskan diri dari segala bentuk kazaliman sistem kufur dan kekuasaan Negara-negara imperialis barat kafir, yang nyata-nyata telah manimbulkan ketertindasan dan kemalangan kaum muslaim dalam berbagai bidang kehidupan. Caranya tidak lain dengan mengubah negeri-negeri muslim saat ini yang berada dalam lingkungan sistem kufur, yakni sistem kapitalisme secular sekaligus menghimpunnya kembali dalam satu wadah Negara, yakni daulah islamiyah atau khilafah islamiyah.

Hanya dengan mewujudkan kembali ketiga makna hijrah diataslah kekufuran akan lenyap digantikan dengan kaimanan, kejahiliyahan akan musnah tertutup cahaya islam, darul kufur akan terkubur oleh darul islam, dan masyarakat jahiliyah pun akan menjadi masyarakat islam. Hanya dengan itu pula, umat islam saat ini akan berubah dari umat yang terhina menjadi umat yang akan meraih kembali posisi terhormat. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 110

Artinya: Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amarma’ruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah SWT. (QS. Al-Imran [3]:110).

Berdasarkan pemeparan di atas, peringatan peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw, sudah saatnya dijadikan sebagai momentum untuk segera meninggalkan sistem jahiliyah, yakni sistem kapitalis sekuler yang diberlakukan saat ini, menuju sistem islam. Apalagi telah terbukti, sistem kapitalis secular itu telah banyak penderitaan bagi kaum muslim.

Awal tahun, tahun baru hijrah dan hari-hari ke depan adalah hari untuk menggelorakan kebangkitan islam menju perubahan hakiki dan mendasar. Perubahan yang hakiki adalah perubahan yang dapat menyelesaikan dengan tuntas seluruh persoalan kaum muslim di seluruh dunia saat ini. Perubahan semacam itu tidak mungkin terjadi kacuali dengan dua hal sekaligus: Pertama, membangun kekuatan politik internasional khilafah islamiyah yang menyatukan seluruh potensi kaum muslim baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Kedua, menerapkan syariah islam secara kaffah dalam khilafah islamiyah tersebut. syariah islam akan mampu menyelesaikan berbagai problem social, budaya, ekonomi, politik, hankam, pendidikan, hukum pidana, dakwah, jihad, dan sebagainya.

Hanya dengan cara inilah kaum muslim akan mampu mengakhiri kondisi buruknya di bawah hegemoni sistem kapitalisme global menuju kehidupan mulia dan bermartabat di bawah payung institusi global islamiyah. Sebagaimana firman Allah swt:

Artinya: Apakah hukum jahiliyah yang kalian kehendaki? Siapakah yang lebih baik kukumnya daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin? (Q.S. Al-Maidah [5]: 50).

Referensi

Hizbut Tahrir Indonesia, Hijrah dari Sistem Sekular Menuju Sistem Islam.

___________________, Mewujudkan Kembali Makna Hakiki Hirah Nabi.

Al- Quran dan Tafsir.

www.hizbut-tahrir.or.id

www.al-islam.or.id

Wisdom & Success


Karena keturunan, status, jabatan, kekayaan, gelar pendidikan, kadang seseorang merasa lebih terhormat, lebih tinggi derajat, lebih berkuasa, atau lebih tahu segalanya. Itu membuat ia merendahkan dan tidakn mau mengakui keberadaan orang lain. Sikap seperti ini membuat pikiran seseorang tertutup rapat sehingga sulit menerina pendapat orang lain, sulit menerima hal-hal baru, dan tidak bisa menerima fakta yang berlawanan dengan kemauannya. Ini jelas akan merugiakan diri sendiri!

Sikap sombong dan tinggi hati, sesungguhnya hanya akan menciptakan “daya tarik” datangnya bencana, permusuhan dan kesialan bagi diri sendiri. Dan, terjatuh akibat kesalahn dan keteledoran yang kita buat sendiri, adalah sebuah kegagalan yang paling menyakitkan dalam kehidupan ini.

Karenanya, alangkah indah jika kita selalu bersikap rendah hati. Laksana padi, makin berisi makin merunduk. Sikap ini membuat kita lebih OPEN MINDED, sikapmenerima hal-hal baru, mau menerima kritikan, dan sikap menerima kenyataan, walau tidak sesuai dengan kemauan.

“Sikap ‘Open Mind’ dan rendah hati akan membuat kita bertambah teman, relasi, wawasan, dan pengetahuan sehingga kesemuanya itu menjadi kekuatan pendorong untuk mengembangkan potensi diri guna meraih kesuksesan.”

“Our open-mindedness and

modesty will grant us more

friends and relatives

so that we are able to gain

more insights and knowledge.

This will be the supporting

power to develop our potential

to reach SUCCESS.”

By : Clasisical Motovation Stories Three, AW”.

Pada suatu ketika, tampak seorang pemuda yang sedang melamar pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Dia sudah berhasil lolos di tes-tes pendahuluan. Dan kini, tida saatnya dia harus menghadap kepada pimpinan untuk wawancara akhir. Setelah melihat hasil tes dan penampilan si pemuda, sang pimpinan bertanya, “Anak muda, apa cita-citamu?”

“Cita-cita saya, suatu hari nanti bisa duduk di bangku Bapak,” jawab si pemuda.

“Engkau tentu tahu, untuk bisa duduk di bangku ini, tentu tidak mudah. Perlu kerja keras dan waktu yang tidak sebentar. Betul bukan?” Si pemuda menganggukan kepala tanda setuju.

“Apa pekerjaan orang tuamu?” Lanjut si pimpinan kepada si pemuda.

“Ayah saya telah meninggal saat saya masih kecil. Ibulah yang bekerja menghidupi kami dan menyekolahkan saya.”

“Apakah kamu tahu tanggal lahir ibumu?” Kembali pimpinan itu bertanya.

“Di keluarga kami tidak ada tradisi merayakan pesta ulang tahun sehingga saya juga tidak tahu kapan ibu saya berulang tahun.”

“Baiklah anak muda. Bapak belum memutuskan apakah kamu diterima atau tidak bekerja di sini. Tetapi ada satu permintaan bapak. Saat di rumah nanti lakukan sebuah pekerjaan kecil, yaitu cucilah kaki ibumu dab besok datanglah kemari lagi.”

Walupun tidak mengerti maksud dan tujuan permintaan tersebut, demi permintaan yang tidak biasa dan karena sangat ingin diterima bekerja, dia lakukan juga perintah itu. Saat senja tiba, si pemuda membimbing ibunya duduk dan berkata, “ibu Nampak lelah, duduklah Bu. Saya akan cuci kaki ibu.”

Sambil menatap takjub putranya, si ibu menganggukan kepala. “Anakku, rupanya sekarang engkau telah dewasa dan mulai mengerti.”

Si pemuda pun mengambil ember berisi air hangat. Tak lama sepasang kaki ibundanya yang Nampak rapuh, berkeriput, dan terasa kasar di telapak tangannya itu mulai merendam sambil diusap-usap dan dipijat perlahan. Demi melihat kondisi kaki ibunya yang pecah-pecah karena bekerja keras selama ini, tanpa terasa airmata pemuda itu menetes perlahan. “Ibu, terima kasih, Bu. Ibu telah bekerja berat selama ini untuk Ananda. Berkat kaki inilah Ananda bisa menjadi seperti hari ini,” ucapannya lirih, terbata-bata menahan tangis. Mereka pun saling berpelukan dengan penuh kasih dan kelegaan.

Tiba keesokan harinya, sang pemimpin berkata, “Coba ceritakan, bagaimana perasaanmu saat kamu mencucui kaki ibumu?”

“Saat memcuci kaki ibu, saya mengerti dan menyadari akan kasih ibu yang rela berkorban demi anaknya. Melalui kaki ibu yang semakin keriput dan tampak rapuh, saya tahu, bahwa saya harus bekerja dengan sungguh-sungguh demi membaktikan diri kepada ibu saya,” ucapannya tulus tanpa kesan mangada-ada.

Mendengar jawaban si pemuda, akhirnya si pemimpin menerina dia bekerja di perusahaan itu. Pimpinan itu yakin, seseorang yang tahu bersyukur dan tahu membalas budi kebaikan orang tuanya, adalah orang yang mempunyai cinta kasih. Dan orang yang seperti itu pasti akan bekerja dengan serius, sepenuh hati, dan bertanggung jawab.

Seperti pepatah surga ada di telapak kaki ibu! Ungkapan ini sungguh mengandung makna yang sangat dalam, sebab, kasih ibu adalah kasih yang tiada tara dan tak terbalas dengan apapun. Karena itu, jika kita mendapatkan restu, apa lagi didukung oleh doa ibu, tentu semua itu merupakan dukungan yang mengandung kekuatan yang luar biasa, yang memungkinkan apa pun yang kita lakukan akan mendatangkan hasil yang maksimal dan penuh makna.

Untuk itu, selagi orang tua masih hidup, sudah selayaknya kita memberikan perhatian, layanan, dan mencintai mereka dengan setulus hati. Bila mungkin ada kesalahan yang dilakukan oleh orangtua sehingga membuat luka di hati, tidak perlu disimpan di hati. Apalagi dengan membalas dan menyakiti hati mereka Ingatlah, pengorbanan orang tua, apalagi seorang ibu, tak akan bisa dinilai dan dihargai dengan materi apa pun bahkan sampai akhir hayat mereka. Dengan menyelami arti pengorbanan seorang ibu, kita akan dapat menemukan kasih sayang sejati.

“Kasih sayang dan pengorbanan orang tua, tak akan bisa dinilai dan dihargai dengan apa pun. Dengan menyelami arti pengorbanan ibu, kita akan menemukan dan memahami nilai kasih sayang sejati.”

“Our parents’ love and

sacrifices cannot be valude by

anything. Only when we

understand the meaning of

our mother’s sacrifices can

we find real compassion.”

By : Clasisical Motovation Stories Three, “AW”.