Minggu, Januari 20, 2008

Wisdom & Success


Karena keturunan, status, jabatan, kekayaan, gelar pendidikan, kadang seseorang merasa lebih terhormat, lebih tinggi derajat, lebih berkuasa, atau lebih tahu segalanya. Itu membuat ia merendahkan dan tidakn mau mengakui keberadaan orang lain. Sikap seperti ini membuat pikiran seseorang tertutup rapat sehingga sulit menerina pendapat orang lain, sulit menerima hal-hal baru, dan tidak bisa menerima fakta yang berlawanan dengan kemauannya. Ini jelas akan merugiakan diri sendiri!

Sikap sombong dan tinggi hati, sesungguhnya hanya akan menciptakan “daya tarik” datangnya bencana, permusuhan dan kesialan bagi diri sendiri. Dan, terjatuh akibat kesalahn dan keteledoran yang kita buat sendiri, adalah sebuah kegagalan yang paling menyakitkan dalam kehidupan ini.

Karenanya, alangkah indah jika kita selalu bersikap rendah hati. Laksana padi, makin berisi makin merunduk. Sikap ini membuat kita lebih OPEN MINDED, sikapmenerima hal-hal baru, mau menerima kritikan, dan sikap menerima kenyataan, walau tidak sesuai dengan kemauan.

“Sikap ‘Open Mind’ dan rendah hati akan membuat kita bertambah teman, relasi, wawasan, dan pengetahuan sehingga kesemuanya itu menjadi kekuatan pendorong untuk mengembangkan potensi diri guna meraih kesuksesan.”

“Our open-mindedness and

modesty will grant us more

friends and relatives

so that we are able to gain

more insights and knowledge.

This will be the supporting

power to develop our potential

to reach SUCCESS.”

By : Clasisical Motovation Stories Three, AW”.

Pada suatu ketika, tampak seorang pemuda yang sedang melamar pekerjaan di sebuah perusahaan besar. Dia sudah berhasil lolos di tes-tes pendahuluan. Dan kini, tida saatnya dia harus menghadap kepada pimpinan untuk wawancara akhir. Setelah melihat hasil tes dan penampilan si pemuda, sang pimpinan bertanya, “Anak muda, apa cita-citamu?”

“Cita-cita saya, suatu hari nanti bisa duduk di bangku Bapak,” jawab si pemuda.

“Engkau tentu tahu, untuk bisa duduk di bangku ini, tentu tidak mudah. Perlu kerja keras dan waktu yang tidak sebentar. Betul bukan?” Si pemuda menganggukan kepala tanda setuju.

“Apa pekerjaan orang tuamu?” Lanjut si pimpinan kepada si pemuda.

“Ayah saya telah meninggal saat saya masih kecil. Ibulah yang bekerja menghidupi kami dan menyekolahkan saya.”

“Apakah kamu tahu tanggal lahir ibumu?” Kembali pimpinan itu bertanya.

“Di keluarga kami tidak ada tradisi merayakan pesta ulang tahun sehingga saya juga tidak tahu kapan ibu saya berulang tahun.”

“Baiklah anak muda. Bapak belum memutuskan apakah kamu diterima atau tidak bekerja di sini. Tetapi ada satu permintaan bapak. Saat di rumah nanti lakukan sebuah pekerjaan kecil, yaitu cucilah kaki ibumu dab besok datanglah kemari lagi.”

Walupun tidak mengerti maksud dan tujuan permintaan tersebut, demi permintaan yang tidak biasa dan karena sangat ingin diterima bekerja, dia lakukan juga perintah itu. Saat senja tiba, si pemuda membimbing ibunya duduk dan berkata, “ibu Nampak lelah, duduklah Bu. Saya akan cuci kaki ibu.”

Sambil menatap takjub putranya, si ibu menganggukan kepala. “Anakku, rupanya sekarang engkau telah dewasa dan mulai mengerti.”

Si pemuda pun mengambil ember berisi air hangat. Tak lama sepasang kaki ibundanya yang Nampak rapuh, berkeriput, dan terasa kasar di telapak tangannya itu mulai merendam sambil diusap-usap dan dipijat perlahan. Demi melihat kondisi kaki ibunya yang pecah-pecah karena bekerja keras selama ini, tanpa terasa airmata pemuda itu menetes perlahan. “Ibu, terima kasih, Bu. Ibu telah bekerja berat selama ini untuk Ananda. Berkat kaki inilah Ananda bisa menjadi seperti hari ini,” ucapannya lirih, terbata-bata menahan tangis. Mereka pun saling berpelukan dengan penuh kasih dan kelegaan.

Tiba keesokan harinya, sang pemimpin berkata, “Coba ceritakan, bagaimana perasaanmu saat kamu mencucui kaki ibumu?”

“Saat memcuci kaki ibu, saya mengerti dan menyadari akan kasih ibu yang rela berkorban demi anaknya. Melalui kaki ibu yang semakin keriput dan tampak rapuh, saya tahu, bahwa saya harus bekerja dengan sungguh-sungguh demi membaktikan diri kepada ibu saya,” ucapannya tulus tanpa kesan mangada-ada.

Mendengar jawaban si pemuda, akhirnya si pemimpin menerina dia bekerja di perusahaan itu. Pimpinan itu yakin, seseorang yang tahu bersyukur dan tahu membalas budi kebaikan orang tuanya, adalah orang yang mempunyai cinta kasih. Dan orang yang seperti itu pasti akan bekerja dengan serius, sepenuh hati, dan bertanggung jawab.

Seperti pepatah surga ada di telapak kaki ibu! Ungkapan ini sungguh mengandung makna yang sangat dalam, sebab, kasih ibu adalah kasih yang tiada tara dan tak terbalas dengan apapun. Karena itu, jika kita mendapatkan restu, apa lagi didukung oleh doa ibu, tentu semua itu merupakan dukungan yang mengandung kekuatan yang luar biasa, yang memungkinkan apa pun yang kita lakukan akan mendatangkan hasil yang maksimal dan penuh makna.

Untuk itu, selagi orang tua masih hidup, sudah selayaknya kita memberikan perhatian, layanan, dan mencintai mereka dengan setulus hati. Bila mungkin ada kesalahan yang dilakukan oleh orangtua sehingga membuat luka di hati, tidak perlu disimpan di hati. Apalagi dengan membalas dan menyakiti hati mereka Ingatlah, pengorbanan orang tua, apalagi seorang ibu, tak akan bisa dinilai dan dihargai dengan materi apa pun bahkan sampai akhir hayat mereka. Dengan menyelami arti pengorbanan seorang ibu, kita akan dapat menemukan kasih sayang sejati.

“Kasih sayang dan pengorbanan orang tua, tak akan bisa dinilai dan dihargai dengan apa pun. Dengan menyelami arti pengorbanan ibu, kita akan menemukan dan memahami nilai kasih sayang sejati.”

“Our parents’ love and

sacrifices cannot be valude by

anything. Only when we

understand the meaning of

our mother’s sacrifices can

we find real compassion.”

By : Clasisical Motovation Stories Three, “AW”.

Tidak ada komentar: